Apa standar emasnya dan mengapa standar itu runtuh?

Diterbitkan: 2023-03-07

Standar emas adalah sistem moneter di mana nilai mata uang suatu negara secara langsung terkait dengan jumlah emas yang tetap. Ini berarti bahwa pemerintah akan menjamin untuk menukar mata uangnya dengan sejumlah emas sesuai permintaan.

Standar emas diadopsi secara luas selama abad ke-19 dan paruh pertama abad ke-20. Itu dilihat sebagai cara untuk menstabilkan perdagangan dan investasi internasional dengan memberikan nilai tukar tetap antar negara.

Namun, standar emas runtuh selama Depresi Hebat di tahun 1930-an. Banyak negara meninggalkan standar emas untuk merangsang ekonomi mereka melalui devaluasi mata uang dan meningkatkan pengeluaran pemerintah. Amerika Serikat adalah salah satu negara terakhir yang meninggalkan standar emas pada tahun 1971, karena sistem tersebut menjadi semakin tidak praktis dan tidak berkelanjutan dalam menghadapi tantangan ekonomi global.

Saat ini, standar emas tidak lagi digunakan dalam keuangan internasional, dan sebagian besar negara mengandalkan sistem nilai tukar mengambang, di mana nilai mata uang mereka ditentukan oleh penawaran dan permintaan di pasar mata uang internasional.

Apa keuntungan dari sistem standar emas?

Sistem standar emas memiliki beberapa keunggulan, antara lain kestabilan nilai mata uang, penurunan tekanan inflasi, dan peningkatan kredibilitas kebijakan moneter. Di bawah sistem standar emas, nilai mata uang terikat dengan nilai jumlah emas yang tetap, yang berfungsi sebagai titik referensi yang stabil. Ini menciptakan rasa kepastian dalam nilai mata uang dan mengurangi risiko fluktuasi mendadak.

Selain itu, sistem standar emas dapat membantu mengurangi tekanan inflasi, karena jumlah uang beredar dibatasi oleh jumlah emas yang tersedia. Ini mendorong kebijakan moneter yang bertanggung jawab dan mencegah pencetakan mata uang yang berlebihan, yang dapat menyebabkan inflasi.

Akhirnya, sistem standar emas dapat meningkatkan kredibilitas dalam kebijakan moneter, karena memberikan standar yang transparan dan obyektif untuk mengukur nilai mata uang. Ini dapat membantu membangun kepercayaan dalam sistem moneter dan meningkatkan kepercayaan di antara investor dan konsumen.

Sistem apa yang menggantikan standar emas?

Sistem yang menggantikan standar emas dikenal sebagai sistem mata uang fiat.

Di bawah sistem mata uang fiat, nilai mata uang tidak didukung oleh komoditas fisik seperti emas atau perak. Sebaliknya, nilai mata uang didasarkan pada kepercayaan dan kepercayaan pemerintah yang menerbitkannya. Artinya, nilai mata uang fiat sangat ditentukan oleh penawaran dan permintaan di pasar.

Salah satu keuntungan dari sistem mata uang fiat adalah memberikan pemerintah lebih banyak fleksibilitas untuk mengelola kebijakan moneter mereka. Dengan standar emas, pasokan uang terkait dengan ketersediaan cadangan emas, yang dapat membatasi kemampuan pemerintah untuk merespons krisis ekonomi. Sebaliknya, dengan mata uang fiat, pemerintah dapat menyesuaikan jumlah uang beredar untuk mengelola inflasi, mengendalikan suku bunga, dan mendukung pertumbuhan ekonomi.

Terlepas dari kelebihannya, sistem mata uang fiat bukannya tanpa tantangan. Salah satu kritik utama dari sistem ini adalah dapat menyebabkan inflasi jika pemerintah mencetak terlalu banyak uang. Ini dapat mengikis nilai mata uang dan mengurangi daya belinya, yang mengarah ke harga barang dan jasa yang lebih tinggi. Selain itu, kurangnya komoditas fisik yang mendukung mata uang dapat mengikis kepercayaan publik terhadap mata uang dan membuatnya lebih rentan terhadap fluktuasi pasar.

Mengapa negara tidak lagi menggunakan standar emas?

Standar emas digunakan secara luas selama abad ke-19 dan awal abad ke-20 sebagai sarana menstabilkan mata uang dan mempromosikan perdagangan internasional. Namun, saat ini, tidak ada negara yang menggunakan standar emas sebagai sistem moneter utama mereka. Ada beberapa alasan mengapa negara tidak lagi menggunakan standar emas:

  1. Fleksibilitas: Salah satu kelemahan utama dari standar emas adalah membatasi kemampuan suatu negara untuk menyesuaikan mata uangnya dengan perubahan kondisi ekonomi. Di bawah standar emas, kebijakan moneter suatu negara dikaitkan dengan jumlah emas yang dimilikinya. Ini berarti bahwa jika suatu negara perlu merangsang ekonominya dengan menurunkan suku bunga, pertama-tama ia harus memperoleh lebih banyak emas. Ini bisa menjadi proses yang panjang dan mahal, membatasi fleksibilitas suatu negara untuk menanggapi krisis ekonomi.
  2. Pasokan emas terbatas: Jumlah emas yang tersedia di dunia terbatas, dan tidak selalu berkorelasi dengan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Jika ekonomi suatu negara tumbuh lebih cepat daripada pasokan emasnya, ia tidak dapat mencetak lebih banyak uang untuk mencerminkan pertumbuhan ini, yang dapat menyebabkan deflasi dan stagnasi ekonomi.
  3. Biaya dan logistik: Mempertahankan standar emas itu mahal dan rumit secara logistik. Dibutuhkan sejumlah besar sumber daya untuk menambang, memurnikan, menyimpan, dan mengangkut emas, yang dapat menguras ekonomi suatu negara. Selain itu, tantangan logistik untuk mengangkut emas dalam jumlah besar dapat menjadi risiko keamanan, karena membuat suatu negara rentan terhadap pencurian dan bentuk serangan lainnya.
  4. Bangkitnya mata uang fiat: Munculnya mata uang fiat, yang tidak didukung oleh emas atau aset berwujud lainnya, telah mempermudah negara-negara untuk mengelola mata uang mereka. Dengan mata uang fiat, bank sentral memiliki kendali lebih besar atas jumlah uang beredar, dan dapat menyesuaikan suku bunga dan kebijakan moneter lainnya dengan lebih mudah.
  5. Globalisasi: Globalisasi pasar keuangan telah mempersulit mempertahankan standar emas. Nilai mata uang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pertumbuhan ekonomi, stabilitas politik, dan sentimen investor. Faktor-faktor ini dapat berubah dengan cepat, sehingga sulit untuk mempertahankan nilai tukar tetap.

Sistem Bretton Woods vs Standar Emas

Sistem Bretton Woods dan Standar Emas adalah dua sistem moneter internasional berbeda yang telah memainkan peran penting dalam membentuk ekonomi global. Standar Emas pertama kali diperkenalkan pada akhir abad ke-19, sedangkan sistem Bretton Woods didirikan setelah Perang Dunia II. Kedua sistem memiliki persamaan dan perbedaan yang membuatnya unik.

Standar Emas adalah sistem moneter di mana mata uang suatu negara didukung oleh cadangan emas yang dipegang oleh bank sentral. Ini berarti mata uang suatu negara memiliki nilai tukar tetap dengan emas. Di bawah sistem ini, nilai mata uang suatu negara ditentukan oleh jumlah emas yang disimpan dalam cadangannya. Standar Emas dirancang untuk memberikan stabilitas ekonomi global dengan membatasi kemampuan pemerintah untuk mencetak uang, yang dapat menyebabkan inflasi.

Sistem Bretton Woods dibuat pada tahun 1944 pada sebuah konferensi yang diadakan di Bretton Woods, New Hampshire, AS. Itu dirancang untuk membangun sistem moneter internasional baru yang akan mendorong pertumbuhan dan stabilitas ekonomi setelah kehancuran Perang Dunia II. Sistem ini didasarkan pada dolar AS, yang ditetapkan ke emas pada tingkat $35 per ons. Negara-negara lain mematok mata uang mereka terhadap dolar AS, yang menjadi mata uang cadangan dunia.

Perbedaan utama antara Standar Emas dan sistem Bretton Woods adalah bahwa yang terakhir memungkinkan lebih banyak fleksibilitas dalam nilai tukar mata uang yang berbeda. Di bawah Standar Emas, negara harus mempertahankan nilai tukar tetap dengan emas, yang membatasi kemampuan mereka untuk menyesuaikan nilai mata uang mereka berdasarkan kekuatan pasar. Sebaliknya, sistem Bretton Woods memungkinkan nilai tukar yang dapat disesuaikan, yang memberi negara lebih banyak kebebasan untuk mengelola mata uang mereka sebagai respons terhadap perubahan kondisi ekonomi.

Perbedaan utama lainnya adalah sistem Bretton Woods didukung oleh pemerintah AS, yang memiliki cadangan emas terbesar di dunia saat itu. Ini berarti bahwa AS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ekonomi global dan dapat menggunakan posisinya untuk mendorong pertumbuhan dan stabilitas ekonomi. Sebaliknya, Standar Emas adalah sistem terdesentralisasi, di mana nilai mata uang suatu negara ditentukan semata-mata oleh jumlah emas yang disimpannya sebagai cadangan.